Rancangan Sistem Kasir Masa Depan Karya Anak Bangsa, Juara Di Rumania
Rancangan Sistem Kasir Masa Depan Karya Anak Bangsa, Juara Di Rumania
Kadang kalanya saat kita berbelanja barang di Mall, di Swalayan, atau bahkan di Mini Market kalau pas ramai pembelinya, kita harus sabar menunggu antrian dikasir.Bahkan
kadang kadang kita hanya membeli 1 barang saja, namun karena ada orang
lain yang duluan dikasir dengan belanjaan 5 keranjang, terpaksa kita
harus rela mengantrinya.
Supaya tidak ingin antri dikasir, misalnya dalam membeli minuman, bisa juga dilakukan dengan membeli minuman pada Vending Machine.
Nah,
untuk menanggulangi masalah tersebut diatas, supaya kita tidak kesal
dalam hal mengantri dikasir, pelajar dari sekolah SMA Negeri 3 Semarang,
membuat perangkat lunak yang jika dipadukan dengan teknologi Radio Frequency Identification bisa mempercepat proses pembayaran di kasir.
Dan karya mereka ini pun bisa menyabet emas di ajang Infomatrix, Romania, 16-20 Mei 2013.
Muhammad Muhlas Abror (15) dan Fadhil
Imam Kurnia (14) mendapat ide cemerlang. Mereka membuat perangkat lunak
yang jika dipadukan dengan teknologi Radio Frequency Identification bisa mempercepat proses pembayaran di kasir.
”Waktu itu kami hanya beli dua wafer,
tetapi antrenya hampir satu jam karena banyaknya belanjaan orang lain
yang harus dipindai satu per satu,” kata Muhlas akhir Mei lalu.
Muhlas dan Fadhil yang bersekolah di SMA Negeri 3 Semarang, Jawa Tengah,
kemudian membuat peranti lunak yang mereka namakan Faster System.
Sistem ini memungkinkan sejumlah barang belanjaan dipindai dalam
hitungan detik dan dihitung harganya dengan cepat.
Dengan temuan itu, keduanya menyabet
emas di ajang Infomatrix, Romania, 16-20 Mei 2013. Para juri menyebut
inovasi mereka sebagai gambaran supermarket masa depan.
Radio Frequency Identification (RFID)
merupakan teknologi nirkabel yang sudah lama, tapi belum banyak
diterapkan di Indonesia. Teknologi ini akan digunakan untuk membatasi
konsumsi BBM bersubsidi, dengan memasang cip di mulut tangki kendaraan. Sistem ini menggunakan gelombang radio yang menangkap sinyal dalam cip, kemudian membacanya.
Kekuatan sensor pembaca RFID
bervariasi, mulai dari jarak 10 sentimeter hingga 10 meter. Pada radius
tertentu, cip memancarkan sinyal yang ditangkap pembaca RFID.
Barang-barang yang disisipi cip dapat dibaca dalam waktu bersamaan.
Teknologi RFID disandingkan dengan
Faster System, program kasir untuk menghitung jumlah belanjaan di
supermarket yang dibuat Muhlas dan Fadhil. Mereka memanfaatkan Visual Basic dan Microsoft Access untuk membuat program dan menghubungkan dengan RFID yang berfungsi sebagai sensor.
Semua barang yang disisipi cip dapat
dideteksi RFID. Cip berfungsi seperti kode batang (barcode). Bedanya,
kode batang hanya dapat dibaca alat sensor jika didekatkan satu per
satu. Adapun barang yang diberi cip bisa dideteksi RFID secara
bersamaan.
Dalam simulasi, barang-barang yang
diberi cip dan ditaruh dalam keranjang belanjaan, dilewatkan alat sensor
pada jarak tertentu. Dalam waktu satu detik, lima macam barang
terkalkulasi di Faster System. Radius antara barang dan alat sensor
bervariasi, bergantung besar-kecilnya RFID.
”Kasir tinggal menerima uang dan
memberi uang kembalian. Belanja satu barang dengan belanja satu
keranjang penuh, waktunya sama, tidak ada lagi antrean panjang,” ujar
Muhlas.
Saat ini, kata Fadhil, harga cip masih
mahal jika dibeli eceran. Harga sebuah kartu yang mengandung cip Rp
12.500. ”Jika diproduksi massal, harganya bisa sangat murah, Rp 5.
Bentuknya seperti stiker, mirip barcode,” kata Fadhil.
Sama seperti saat menghitung
belanjaan, saat memasukkan data harga, barang melalui proses sama,
dipindai dengan RFID. Setiap barang memiliki kode yang dilengkapi dengan
harga per satuan dan dimasukkan dalam Faster System.
Aplikasi interaktif
Inovasi dalam bidang teknologi
informasi juga dilakukan oleh Taufiq Adi Wijoyo (16) dan Naufa Hanif
(17), yang juga siswa SMA Negeri 3 Semarang. Mereka membuat aplikasi
interaktif mengenai kegiatan sekolah yang diberi nama Aplikasi Data
Akademik Ganesha (Adegan). Aplikasi itu mengantar mereka mendapatkan
medali perak dalam E-biko di Turki, 12-13 Mei.
Naufa mengatakan, ide berawal dari
banyaknya pengguna ponsel pintar. Di SMA Negeri 3 Semarang, misalnya,
setidaknya 70 persen siswa dan guru menggunakan ponsel pintar. Namun,
banyak yang belum memanfaatkan kecanggihan ponsel pintar itu untuk dunia
pendidikan.
Di sisi lain, kegiatan di sekolah
sangat banyak sehingga kesibukan guru dan siswa luar biasa. Karena itu,
dibutuhkan sarana komunikasi yang dapat menunjang seluruh kegiatan
belajar-mengajar, penyebaran informasi, serta diskusi interaktif yang
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Adegan dibuat dengan memanfaatkan
program Apps Builder, sistem untuk membuat aplikasi di ponsel pintar
dengan basis Android. Setelah itu, aplikasi dipublikasikan di Apps store
dan dapat digunakan di ponsel dengan sistem operasi Android, iOS, dan
Windows Live. Naufa dan Taufiq pernah mencoba untuk BlackBerry, tetapi
tidak bisa. BlackBerry memiliki jaringan tersendiri dan membutuhkan
lisensi tertentu.
Ada beberapa fitur dalam Adegan, mulai
dari edu chat yang memungkinkan komunikasi antara guru, siswa, dan
orang tua, info jadwal pelajaran, materi pelajaran, tugas sekolah,
hingga latihan soal. ”Kami akan mengembangkan aplikasi ini agar bisa
diterapkan,” ujarnya.
Guru pengajar Teknologi Informasi SMA
Negeri 3 Semarang Sri Mulyani mengatakan, para siswa membutuhkan
pendampingan setiap saat sehingga guru harus selalu siap ketika
dibutuhkan. ”Anak-anak usia remaja kalau sedang punya ide tetapi tidak
bisa mengutarakannya, bisa hilang begitu saja. Karena itu, saat mereka
punya ide, guru harus masuk dan memberi pendampingan mengenai apa saja
yang mereka butuhkan,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment